Rabu, 01 Desember 2010

LAPORAN KKL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Cadangan minyak di dunia mulai menipis, sebab energI minyak merupakan Sumber Daya Alam (SDA) yang tidak dapat diperbaruhi dan sewaktu – waktu akan habis. Untuk mengantisipasi hal tersebut harus dibuat perencanaan yang baik dan penggunaan minyak yang efisiensi dan berupayah mencari SDA pengganti serta mencari terobosan / innovasi untuk menemukan temuan baru dalam teknologi yang lebih canggih untuk penambangan, pengolahan dan produksi.

Dalam penambangan minyak baik eksplorasi maupun eksploitasi menimbulkan resiko bagi lingkungan dan ekologi di sekitarnya, hal tersebut merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan sehingga peristiwa di Sidoarjo (Blow Out) tidak terjadi lagi.

Pemanfaatan alat yang canggih dan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) diperlukan perhatian yang khusus dan serius, sebab bila tidak bukan barang tentu keselamatan kerja dan produksi akan

berpengaruh. Bila alat alat dan SDM (Human Resource) menunjang dengan baik maka waktu dan cost lebih dapat efisiensi dan dinamis.

Kurangnya rasa syukur terhadap Allah SWT terkadang kurang diperhatikan hal yang satu ini, padahal Syukur kepada Allah SWT merupakan yang utama menentukan keberhasilan dan tidaknya penambangan, seandainya selalu bersyukur Insya Allah produksi minyak semakin meningkat.

1.2. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data digunakan dalam laporan KKL adalah:

1. Melakukan orientasi dan observasi lapangan

2. Pengambilan data, yaitu :

a. Data primer, yaitu data langsung diambil dari lapangan dengan mencatat secara sistematis dan terencana.

b. Data sekunder, yaitu data yang diambil dari literature dan referensi – referensi yang berhubungan dengan permasalahan dalam laporan ini.

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan laporan KKL ini adalah untuk mempelajari mekanisme pertambangan minyak yang ada di Prabumulih khususnya lokasi Prabumulih Barat (PMB-X), tujuannya adalah mengetahui aspek – aspek yang mempengaruhi untuk meningkatkan produksi minyak sehingga target produksi dapat tercapai.

1.4. Batasan Masalah

Masalah yang dibahas dalam laporan ini tentang penambangan minyak yang ada di lokasi Prabumulih Barat (PMB-X).


BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi & Topografi

Lokasi dan Topografi adalah tempat/kondisi dan penentuan area pengeboran secara akurat melalui media gambar atau peta dengan sistim koordinat.

2.1.1. Lokasi Pekerjaan

Lokasi pekerjaan berada di Kelurahan Patih Galung Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih Provinsi Sumatera Selatan Field Prabumulih (Gambar 1 dan Gambar 2). Areal lokasi merupakan kebun karet rakyat. Jarak Prabumulih ke lokasi Prabumulih Barat (PMB-X) adalah ± 1 km dengan melalui jalan umum dan jalan utama operasi PT. Pertamina EP Region Sumatera.

2.1.2. Kondisi topografi

Kondisi lokasi PMB-X relatif datar serta elevasi ± 55,07 m diatas permukaan laut. Koordinat lokasi Prabumulih Barat (PMB-X), yaitu Easting = 412.578.732, Norting = 9.620.300,186, Ground Level = +49.385.

Gambar 1.

Detail Peta Lokasi Prabumulih Barat (PMB-P7, PMB-15, PMB-04TW & PMB-P1)


PMB-X

Gambar 2

Posisi Lokasi Prabumulih Barat (PMB-P7, PMB-15, PMB-04TW & PMB-P1)


2.2. Struktur Organisasi PT. Pertamina EP Region Sumatera

Dengan melakukan pemilihan serta penentuan struktur organisasi yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi dalam perusahaan maka pencapian tujuan perusahan akan lebih terarah. Selain itu denga struktur organisasi yang jelas dan baik maka akan dapat diketahui sampai dimana wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan tugasnya (Gambar 3 dan Tabel I).

Gambar 3

Struktur Organisasi PT. Pertamina EP Region Sumatera

Tabel I

Fungsi / Tugas Jabatan Organisasi PT. Pertamina EP Region Sumatera

Fungsi / Jabatan

Tugas

Vice President

- Mengatur / Memanagement para Manajer dalam menjalankan tugas.

- Mengeksekusi keputusan yang vital terhadap maju mundurnya perusahaan.

Manager Engineering

- Mengatur & bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan penambangan Sub-Surface (Bawah tanah).

Manager Teknik & PF

- Mengatur & bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan permukaan atas dan fasilitas penyiapan lokasi.

Manager Business & Support

- Mengatur & bertanggung jawab terhadap hubungan masyarakat, Community Development (CD), Hukum.

Field Manager

- Melaksanakan upaya peningkatan produksi serta pemeliharaan terhadap asset perusahaan.

2.3. Iklim Pelaksanaan Penyiapan & Pelaksanaan Penambangan Lokasi Pemboran Prabumulih Barat (PMB-X) Vs Waktu Pelaksanaan

Periode pelaksanaan penyiapan lokasi pemboran PMB-X tmt. 25 Januari 2007 s.d 15 Maret 2007 (selama 50 hari kalender) ditambah masa pemeliharaan selama 15 hari kalender tmt. 16 Maret 2007 s.d 30 Maret 2007. Iklim / cuaca sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan penambangan dari tahap Prospecting sampai dengan Reklamasi. Sebagai contoh, salah satu proyek lokasi pemboran dengan rencana pelaksanaan selama 50 hari kalender dimana ada kesalahan perencanaan yang tidak memperhitungkan curah hujan, sehingga yang terjadi akibat curah hujan yang banyak waktu pelaksanaan direncanakan 50 hari kalender menjadi 75 hari kalender, akibat yang ditimbulkan cost yang dikeluarkan lebih besar dari perencanaan.

Perencanaan (Site Plan) merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam efisiensi cost dan waktu yang berpengaruh pada produksi, untuk itu kita perlu membuat tata waktu (Schedule) yang benar – benar memperhitungkan segala aspek (Good Planning), sehingga apa yang diharapkan dapat sesuai yang diharapkan yaitu peningkatan produksi MIGAS dan efisiensi cost (Cost Reduction) dan waktu

Berikut ini data curah hujan dari hasil pengambilan data di area lokasi Prabumulih Barat (PMB-X) dengan mengunakan Rain Gauge / Penakar curah hujan (Tabel II - Tabel IV)

Tabel II

Data Curah Hujan Bulan Januari 2007

Lokasi PMB-X

No.

Hari

Tanggal

Jumlah Curah Hujan

Keterangan

( mm )


Kamis

25-Jan-07

30,1

Hujan Lebat


Jum'at

26-Jan-07

13,8

Hujan Lebat


Sabtu

27-Jan-07

8,9

Hujan Sedang


Minggu

28-Jan-07

32,5

Hujan Lebat


Senin

29-Jan-07

12,1

Hujan Lebat


Selasa

30-Jan-07

6,5

Hujan Sedang


Rabu

31-Jan-07

17,5

Hujan Lebat

Tabel III

Data Curah Hujan Bulan Februari 2007

Lokasi PMB-X

No

Hari

Tanggal

Jumlah Curah Hujan

Keterangan

( mm )

1

Kamis

01-Feb-07

14,8

Hujan Lebat

2

Jum'at

02-Feb-07

4,5

Hujan Rintik

3

Sabtu

03-Feb-07

27,8

Hujan Lebat

4

Minggu

04-Feb-07


Cerah

5

Senin

05-Feb-07


Cerah

6

Selasa

06-Feb-07


Cerah

7

Rabu

07-Feb-07


Cerah

8

Kamis

08-Feb-07

13,7

Hujan Lebat

9

Jum'at

09-Feb-07


Cerah

10

Sabtu

10-Feb-07


Cerah

11

Minggu

11-Feb-07


Cerah

12

Senin

12-Feb-07


Cerah

13

Selasa

13-Feb-07


Cerah

14

Rabu

14-Feb-07

31,2

Hujan Lebat

15

Kamis

15-Feb-07

4,5

Hujan Rintik

16

Jum'at

16-Feb-07


Cerah

17

Sabtu

17-Feb-07

7,9

Hujan Sedang

No

Hari

Tanggal

Jumlah Curah Hujan

Keterangan

18

Minggu

18-Feb-07

12,1

Hujan Lebat

19

Senin

19-Feb-07

16,8

Hujan Lebat

20

Selasa

20-Feb-07


Cerah

21

Rabu

21-Feb-07


Cerah

22

Kamis

22-Feb-07

13,7

Hujan Lebat

23

Jum'at

23-Feb-07


Cerah

24

Sabtu

24-Feb-07

6,4

Hujan Sedang

25

Minggu

25-Feb-07

17,6

Hujan Lebat

26

Senin

26-Feb-07

8,2

Hujan Sedang

27

Selasa

27-Feb-07


Cerah

28

Rabu

28-Feb-07

4,2

Hujan Rintik

Tabel IV

Data Curah Hujan Bulan Maret 2007

Lokasi PMB-X

No

Hari

Tanggal

Jumlah Curah Hujan

Keterangan

( mm )

1

Kamis

01-Mar-07

11,7

Hujan Lebat

2

Jum'at

02-Mar-07


Cerah

3

Sabtu

03-Mar-07


Cerah

4

Minggu

04-Mar-07

3,4

Hujan Rintik

5

Senin

05-Mar-07


Cerah

6

Selasa

06-Mar-07


Cerah

7

Rabu

07-Mar-07


Cerah

8

Kamis

08-Mar-07

17,5

Hujan Lebat

9

Jum'at

09-Mar-07


Cerah

10

Sabtu

10-Mar-07

6,7

Hujan Sedang

11

Minggu

11-Mar-07


Cerah

12

Senin

12-Mar-07

9,1

Hujan Sedang

13

Selasa

13-Mar-07

21,4

Hujan Lebat

14

Rabu

14-Mar-07


Cerah

15

Kamis

15-Mar-07

6,2

Hujan Sedang

16

Jum'at

16-Mar-07

4,3

Hujan Rintik

17

Sabtu

17-Mar-07

11,8

Hujan Lebat

18

Minggu

18-Mar-07

3,4

Hujan Rintik

19

Senin

19-Mar-07

27,9

Hujan Lebat

20

Selasa

20-Mar-07

12,1

Hujan Lebat

21

Rabu

21-Mar-07


Cerah

22

Kamis

22-Mar-07


Cerah

23

Jum'at

23-Mar-07


Cerah

24

Sabtu

24-Mar-07


Cerah

No

Hari

Tanggal

Jumlah Curah Hujan

Keterangan

25

Minggu

25-Mar-07

4,2

Hujan Rintik

26

Senin

26-Mar-07

0,6

Hujan Rintik

27

Selasa

27-Mar-07


Cerah

28

Rabu

28-Mar-07


Cerah

29

Kamis

29-Mar-07


Cerah

30

Jum'at

30-Mar-07

4,3

Hujan Rintik







Jumlah

=

152,80

mm


Jumlah Hari Hujan

=

15

Hari
























Total Hujan = 36 HKL

Sumber : Topografi/Sipil – PML Field Prabumulih PT. Pertamina EP Region Sumatera

2.4. Lumpur Pemboran

Pada mulanya orang hanya menggunakan air saja untuk mengangkat serpih pemboran (cutting). Lalu dengan berkembangnya pemboran, lumpur mulai digu­nakan. Untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur zat-zat kimia ditambahkan dan akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk pemboran walaupun lumpur tetap bertahan. Dalam hal ini tak akan dibahas fluida pemboran yang berupa udara dan gas.

Secara urnum lumpur pemboran dapat dipandang mempunyai empat komponen atau fasa :

a. Fasa cair (air atau minyak)

Fasa Ini dapat berupa minyak atau air. Air dapat puJa dibagi dua, tawar dan asin, Tujuh puluh lima persen lumpur pemboran menggunakan air. Sedang air dapat pula dibagi menjadi air asin tak jenuh dan jenuh, Istilah oil-be digunakan biia minyaknya lebih dari 95% . Invert emulsions mempunyai komposisi minyak 50-70% (sebagai fasa kontinu) dan air 30 - 50% (sebagai fasa terdispersi).

b. Reactive solids, yaitu padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid (clay)

Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya untuk membentuk koloidal. Dalam hal ini clay air tawar seperti bentonite mengisap (absorp) air tawar dan membentuk lumpur. Istilah "yield" digunakan untuk menyatakan jumlah barrel lumpur yang dapat dihasilkan dari satu to clay agar viskositas lumpurnya 15 cp.

Untuk bentonite, yieldnya kira-kira 100 bbl/ton. Dalam hal ini bentonite mengapsorp air tawar pada permukaan partikel-partikelnya, hingga kenaikan volumenya sampai 10 kali atau lebih, yang disebut "swelling" atau "hidrasi" untuk salt water clay (attapulgite), swelling akan terjadi baik di air tawar atau di air sin dan karenanya digunakan untuk pemboran dengan "salt water muds". Baik bentonite ataupun attapulgite akan memberi kenaikan viskositas pada lumpur. ntuk oil base mud, viskositas dinaikkan dengan penaikan kadar air dan penggunaan asphalt.

c. Inert solids (zat padat yang tak bereaksi)

Fasa Ini dapat berupa barite (BaSO4) yang digunakan untuk menaikkan densitas lumpur, ataupun galena atau bijih besi. Inert solids dapat pula berasal dari formasi-formasi yang dibor dan terbawa lumpur seperti chert, pasir atau clay-clay non swelling, dan padatan-padatan seperti ini bukan disengaja untuk menaikkan densitas lumpur dan perlu dibuang secepat mungkin (bisa menyebabkan abrasi, kerusakan pompa dll).

d. Fasa kimia

Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk mengontrol sifat-sifat lumpur, misalnya dalam dispersion (menyebarkan partkel-partikel clay) atau flocculation (pengumpulan partikel-partikel clay). Efeknya teru-tama tertuju pada peng"koloid"an clay yang bersangkutan. Banyak sekali zat kimia yang digunakan untuk menurunkan viskositas, mengurangi water loss , dan mengontrol fasa koloid (disebut surface active agent). Zat-zat kimia yang mendisperse (dengan ini disebut thinner = menurunkan viskositas, mengencerkan ) misalnya :

- Quebracho (dispersant)

- Phosphate

- Sodium Tannate (kombinasi caustic soda dan tannium)

- Lignosulfonates (bermacam-macam kayu pulp)

- Lignites

- Surfactant (surface active agents)

Sedang zat-zat kimia untuk menaikkan viskositas misalnya adalah :

- C.M.C

- Starch

- Beberapa senyawa polimer

Zat-zat kimia bereaksi dan mempengaruhi lingkungan sistem lumpur tersebut misalnya dengan menetralisir muatan-muatan listrik clay, menyebabkan disper­sion dan Iain-lain.

2.4.1. Fungsi Lumpur Pemboran

Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting dalam pemboran. Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat tergantung pada lumpur ini.

Fungsi lumpur antara lain adalah :

1. Mengangkat Cutting ke permukaan

2. Mendinginkan dan melumas bit dan drill string

3. Memberi dinding pada lubang bor dengan mud cake lumpur akan membuat mud cake atau lapisan zat padat tipis di permukaan formasi yang permeable (lulus air).

4. Mengontrol tekanan formasi

5. Membawa cutting dan material pemberat pada suspensi bila sirkulasi lumpur dihentikan sementara.

6. Melepaskan pasir dan cutting di permukaan.

7. Menahan sebagian berat drill pipe dan casing

8. Mengurangi efek negative pada formasi

9. Mendapatkan informasi (mud log, sample log)

10. Media logging

2.4.2. Sifat – sifat lumpur

Lumpur pemboran adalah fluida yang dipakai, yang didesain untuk membantu proses pemboran. Komposisi dan sifat fisik lumpur sangat berpengaruh terhadap suatu operasi pemboran karena salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu pemboran adalah tergantung pada lumpur pemboran. Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan, dan biaya pemboran sangat tergantung dari lumpur pemboran yang dipakai. Lumpur pemboran dibuat dan digunakan sesuai dengan fungsinya dan sesuai dengan formasi yang hendak ditembus. Selama proses pemboran berlangsung, lumpur pemboran selalu dikontrol sifat-sifatnya terutama sifat fisik dan sifat kimianya. Lumpur pemboran sudah menjadi salah satu pertimbangan penting dalam mengoptimasikan operasi pemboran. Oleh karena itu untuk memelihara dan mengontrol sifat–sifat fisik lumpur pemboran agar sesuai dengan yang diinginkan, maka perlu diketahui dasar-dasar operasi pemboran khususnya mengenai lumpur pemboran, yang meliputi beberapa acara praktikum, yaitu :

1. Pengukuran densitas, sand content, dan pengukuran kadar minyak dalam lumpur pemboran.

2. Pengukuran viskositas dan gel strength

3. Pengukuran tebal mud cake dan filtrasi. 4. Analisa kimia lumpur pemboran. 5. Kontaminasi lumpur pemboran. 6. Pengukuran harga MBT (Methylene Blue Test).

Sifat – sifat lumpur antara lain :

a. Densitas lumpur

Densitas berhubungan langsung dengan fungsi lumpur bor sebagai penahan tekanan formasi.

- Densitas yang terlalu besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi (lost circulation).

- Densitas yang terlalu kecil akan menyebabkan “Kick”

- Densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor.

- Densitas lumpur dapat megambarkan gradient hidrostatik dari lumpur bor dalam psi/ft.

b. Sand Content

Membersihkan / penghilangan partikel – partike yang masuk ke dalam lumpur selama sirkulasi.

Alat – alat :

- Shale Saker (membersihkan lumpur dari serpihan atau cutting yang berukuran besar)

- Degasser (membersihkan lumpur dari gas yang masuk)

- Desander (membersihkan lumpur dari partikel – partikel padatan yang berukuran kecil).

- Desilter (membersihkan lumpur dari partikel – partikel padatan yang tidak berukuran kecil).

2.4.3. Sifat – Sifat Lumpur Pada Tekanan dan Temperatur Tinggi

Efisiensi operasi pemboran sangat dipengaruhi oleh sifat lumpur, kondisi lingkungan dalam hal ini adalah tekanan dan temperatur, dapat mempengaruhi sifat – sifat lumpur tersebut.

- Temperatur yang tinggi dapat mengurangi efektifitas aditif yang ditambahkan kedalam lumpur sebagai pembentuk sifat lumpur, sehingga sifat lumpur dan bermasalah terhadap kecepatan pemboran, bit dan hole cleaning, kestabilan lubang bor dan masalah lainnya yang cukup serius.

- Filtration / Water Loss

Salah satu sifat lumpur pada tekanan dan temperatur tinggi dengan menggunakan High-Pressure dan High-Temperature (HPHT). Untuk mengindikasikan kecepatan filtrasi pada formasi permeable yang ditutup oleh mud cake yang terbentuk setelah pemboran, maka digunakan Filter-Paper standar, selain itu pembentukan mude cake harus dibawah kondisi standar test.

2.4.4. Analisa Kimia Lumpur Bor

Analisa kimia lumpur (Klor (Cl), ion kalsium (Ca), Ion besi (Fe). Alkalinitas atau keasaman lumpur, ditunjukkan dengan harga PH nya.

2.4.5. Kontaminasi Lumpur Pemboran

Istilah dalam penentuan rheology suatu lumpur pemboran :

Viskositas Plastik Ialah bagian dari resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik.

Yield Point Ialah bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya tarik menarik antar partikel. Gaya tarik menarik disebabkan muatan – muatan partikel yang dispersi dalam fasa fluida.

Gel Strength dan Yield Point

Ukuran dari gaya tarik menarik dalam suatu sistem lumpur. Gel Strength adalah gaya tarik menarik yang statik Yield Point adalah gaya tarik menarik yang dinamik.

Salah satu penyebab berubahnya sifat fisik lumpur adalah adanya material yang tidak diinginkan (kontaminan) misal :

1. Kontaminasi Sodium (NaCl)

Terjadi saat pemboran menembus kubah garam (salt dome), lapisan garam, lapisan batuan yang mengandung kosentrasi garam yang cukup tinggi atau air formasi yang berkadar garam tinggi dan masuk ke dalam sistem lumpur. Akbat dari kontaminasi ini adalah berubah sifat lumpur seperti viskositas, yield point, gel strength dan filtration loss.

2. Kontaminasi masuk ke dalam lumpur saat pemboran.

Pada pelaksanaan pemboran disaat menembus formasi gypsum dimana lapisan gypsum terdapat pada formasi shale atau limstone. Akibat adanya gypsum dengan jumlah yang cukup banyak dalam lumpur pemboran, maka akan merubah sifat – sifat fisik lumpur seperti viscositas plastik, yield point, geli strength dan fluid loss.

2.4.6. Jenis – Jenis Lumpur

Zaba dan Doherty (1970) mengkalsifikasikan lumpur bor terutama berdasarkan fasa fluidanya :

- Air (Water Base)

- Minyak (Oil Base).

- Gas

Dibagi menjadi :

1. Fresh Water Muds (Lumpur air tawar)

2. Salt Water Muds (air asin)

3. Oil in Water Emultion

4. Oil Base & Oil base Emultion Muds

5. Gaseous Muds

2.4.7. Sirkulasi

Tujuan utama dari sistem sirkulasi pada suatu operasi pemboran adalah untuk mensirkulasikan fluida pemboran (lumpur bor) ke seluruh sistem pemboran, sehingga lumpur bor mampu mengoptimalkan fungsinya. Sistem sirkulasi pada dasarnya terdiri dari empat komponen, yaitu :

1. Fluida pemboran (lumpur bor),

2. Tempat persiapkan ,

3. Peralatan sirkulasi, dan

4. Conditioning area.

2.4.8. Komposisi lumpur pemboran

Komposisi lumpur pemboran ditentukan oleh kondisi lubang bor dan jenis formasi yang ditembus oleh mata bor. Ada dua hal penting dalam penentuan komposisi lumpur pemboran, yaitu :

1.Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin besar laju penembusannya.

2. Semakin berat dan kental suatu lumpur pemboran, semakin mudah untuk mengontrol kondisi dibawah permukaan separti masuknnya fluida formasi bertekanan tinggi (dikenal sebagai "kick").

Bila keadaan ini tidak dapat diatasi maka akan menyebabkan semburan liar (blowout).

Dalam hal ini perlu kita ketahui skema sirkulasi lumpur pemboran sebagai berikut (Gambar 4) :

Sirkulasi lumpur pemboran :

Dari bak lumpur, lumpur dialirkan oleh pompa menuju stand pipe kemudian rotary hose, masuk melalui swivel ke lubang Kelly, melalui drill pipe, melewati surface casing, melewati wellbore, melewat annulus, keluar melalui line pipe kembali masuk ke bak lumpur.


Gambar 4

Sirkulasi lumpur

2.5. Semen Pemboran

Sama halnya dengan lumpur semen sangat berperan terhadap proses pemboran minyak. Semen yang dipakai adalah semen Portland (bahannya mula - mula ditemukan di Portland-Inggris) yang dikembangkan oleh Joseph Aspdin (1824).

2.5.1. Alasan Dilakukan Penyemenan

Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan :

1. Untuk melekatkan casing pada dinding lubang sumur,

2. Melindungi casing dari masalah mekanis operasi pemboran (getaran).

3. Melindungi casing dari fluida formasi (gas, minyak, air) yang bersifat korosi.

4. Memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain dibelakang casing.

Pada alasan dan tujuannya penyemenan dibagi dua :

1. Primary Cementing (utama)

2. Secondary atau Remedial Cementing (Penyemenan kedua/penyemenan perbaikan)

Primary dan Secondary Cementing

Primary Cementing adalah penyemenan pertama kali dilakukan setelah casing diturunkan ke dalam sumur. Pada prinsipnya penyemenan casing pada dinding lubang sumur dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen.

1. Penyemenan Conductor Casing

Bertujuan mencegah terjadinya kontaminasi fluida pemboran (lumpur pemboran) terhadap pormasi.

2. Penyemenan Surface Casing

Bertujuan melindungi air tanah agar tidak tercemar dari fluida pemboran dan memperkuat kedudukan surface casing sebagai tempat dipasangnya alat BOP (Blow Out Preventer).

3. Penyemenan Intermediate Casing

Bertujuan menutup tekanan formasi abnormal atau mengisolasi daerah lost circulation.

4. Penyemenan Production Casing

Bertujuan mencegah terjadinya aliran atau formasi yang tidak diinginkan.

Secondary Cementing adalah penyemenan ulang untuk penyempurnaan primary cementing atau memperbaiki semen yang rusak.

2.5.2. Klasifikasi Semen

Klasifikasi semen untuk sumur pemboran dapat dibagi menjadi :

Tabel V

Klasifikasi semen

Kls

Kedalaman

Keterangan

A

0 – 6.000 ft

- Type semen biasa

B

0 – 6.000 ft

- Tahan terhadap sulfat menengah & tinggi

C

0 – 6.000 ft

- Proses pengerasan cepat

D

6.000-12.000 ft

- Untuk kondisi tekanan dan temperatur tinggi.

E

6.000-14.000 ft

- Untuk kondisi tekanan dan temperatur tinggi.

E

10.000-16.000 ft

- Kkondisi tekanan & temperatur sangat tinggi.

G

0-8.000 ft

- Merupakan semen dasar

H.

0-8.000 ft

- Merupakan semen dasar

Gambar 5

Urutan penyemenan


urutan penyemenan :

  1. Aduk semen dan aditive yang diperlukan
  2. Tentukan tikening time semen.
  3. Pompakan spacer fluid
  4. Drop bottom plug
  5. Pompakan semen kedalam sumur
  6. Drop (turun) Top Plug
  7. Displace (ganti) dengan lumpur

Aditif Semen misal Retarder.

Dengan mengetahui klasifikasi semen, pelaksanaan pemboran dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu dan semen apa yang sebaiknya digunakan sehingga dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

Untuk penyemenan di PMB-X, disesuaikan dengan casing :

1. Setelah dibor dengan kedalman 111,6 meter dipasang casing “Conductor - 20” dan dipadatkan dengan semen.

2. Setelah dibor dengan kedalman 605 meter dipasang casing “Surface – 13 3/8” dan dipadatkan dengan semen.

3. Setelah dibor dengan kedalman 1.942 meter dipasang casing “Intermediate – 11 3/4” dan dipadatkan dengan semen.

4. Setelah dibor dengan kedalman 3.044 meter dipasang casing “Produksi – 9 5/8” dan dipadatkan dengan semen.


Gambar 6

Penampang Sumur PMB-X

BAB III

DASAR TEORI

3.1. Bagaimana terjadinya minyak dan gas bumi

Ada tiga faktor utama dalam pembentukan minyak dan/atau gas bumi, yaitu :

Pertama, ada “bebatuan asal” (source rock) yang secara geologis memungkinkan terjadinya pembentukan minyak dan gas bumi.

Kedua, adanya perpindahan (migrasi) hidrokarbon dari bebatuan asal menuju ke “bebatuan reservoir” (reservoir rock), umumnya sandstone atau limestone yang berpori-pori (porous) dan ukurannya cukup untuk menampung hidrokarbon tersebut.

Ketiga, adanya jebakan (entrapment) geologis. Struktur geologis kulit bumi yang tidak teratur bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misalnya gempa bumi dan erupsi gunung api) dan erosi oleh air dan angin secara terus menerus, dapat menciptakan suatu “ruangan” bawah tanah yang menjadi jebakan hidrokarbon. Kalau jebakan ini dilingkupi oleh lapisan yang impermeable, maka hidrokarbon tadi akan diam di tempat dan tidak bisa bergerak kemana-mana lagi.

Temperatur bawah tanah, yang semakin dalam semakin tinggi, merupakan faktor penting lainnya dalam pembentukan hidrokarbon. Hidrokarbon jarang terbentuk pada temperatur kurang dari 65 oC dan umumnya terurai pada suhu di atas 260 oC. Hidrokarbon kebanyakan ditemukan pada suhu moderat, dari 107 ke 177 oC.

3.2. Komponen-komponen pembentuk minyak bumi

Minyak bumi merupakan campuran rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang umumnya tersusun atas 85% karbon (C) dan 15% hidrogen (H). Selain itu, juga terdapat bahan organik dalam jumlah kecil dan mengandung oksigen (O), sulfur (S) atau nitrogen (N). Apakah ada perbedaan dari jenis-jenis minyak bumi ?. Ya, ada 4 macam yang digolongkan menurut umur dan letak kedalamannya, yaitu: young-shallow, old-shallow, young-deep dan old-deep.

Minyakbumi young-shallow biasanya bersifat masam (sour), mengandung banyak bahan aromatik, sangat kental dan kandungan sulfurnya tinggi. Minyak old-shallow biasanya kurang kental, titik didih yang lebih rendah, dan rantai paraffin yang lebih pendek. Old-deep membutuhkan waktu yang paling lama untuk pemrosesan, titik didihnya paling rendah dan juga viskositasnya paling encer. Sulfur yang terkandung dapat teruraikan menjadi H2S yang dapat lepas, sehingga old-deep adalah minyak mentah yang dikatakan paling “sweet”. Minyak semacam inilah yang paling diinginkan karena dapat menghasilkan bensin (gasoline) yang paling banyak.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membentuk minyak bumi ? Sekitar 30-juta tahun di pertengahan jaman Cretaceous, pada akhir jaman dinosaurus, lebih dari 50% dari cadangan minyak dunia yang sudah diketahui terbentuk. Cadangan lainnya bahkan diperkirakan lebih tua lagi. Dari sebuah fosil yang diketemukan bersamaan dengan minyak bumi dari jaman Cambrian, diperkirakan umurnya sekitar 544 sampai 505-juta tahun yang lalu.

Para geologis umumnya sependapat bahwa minyak bumi terbentuk selama jutaan tahun dari organisme, tumbuhan dan hewan, berukuran sangat kecil yang hidup di lautan purba. Begitu organisme laut ini mati, badannya terkubur di dasar lautan lalu tertimbun pasir dan lumpur, membentuk lapisan yang kaya zat organik yang akhirnya akan menjadi batuan endapan (sedimentary rock). Proses ini berulang terus, satu lapisan menutup lapisan sebelumnya. Lalu selama jutaan tahun berikutnya, lautan di bumi ada yang menyusut atau berpindah tempat. Deposit yang membentuk batuan endapan umumnya tidak cukup mengandung oksigen untuk mendekomposisi material organik tadi secara komplit. Bakteri mengurai zat ini, molekul demi molekul, menjadi material yang kaya hidrogen dan karbon. Tekanan dan temperatur yang semakin tinggi dari lapisan bebatuan di atasnya kemudian mendistilasi sisa-sisa bahan organik, lalu pelan-pelan mengubahnya menjadi minyak bumi dan gas alam. Bebatuan yang mengandung minyak bumi tertua diketahui berumur lebih dari 600-juta tahun. Yang paling muda berumur sekitar 1-juta tahun. Secara umum bebatuan dimana diketemukan minyak berumur antara 10-juta dan 270-juta tahun.

3.3. Bagaimana caranya menemukan minyak bumi

Ada berbagai macam cara : observasi geologi, survei gravitasi, survei magnetik, survei seismik, membor sumur uji, atau dengan educated guess dan faktor keberuntungan.

Survei gravitasi : metode ini mengukur variasi medan gravitasi bumi yang disebabkan perbedaan densitas material di struktur geologi kulit bumi.

Survei magnetik : metode ini mengukur variasi medan magnetik bumi yang disebabkan perbedaan properti magnetik dari bebatuan di bawah permukaan. Kedua survei ini biasanya dilakukan di wilayah yang luas seperti misalnya suatu cekungan (basin). Dari hasil pemetaan ini, baru metode seismik umumnya dilakukan.

Survei seismik menggunakan gelombang kejut (shock-wave) buatan yang diarahkan untuk melalui bebatuan menuju target reservoir dan daerah sekitarnya. Oleh berbagai lapisan material di bawah tanah, gelombang kejut ini akan dipantulkan ke permukaan dan ditangkap oleh alat receivers sebagai pulsa tekanan (oleh hydrophone di daerah perairan) atau sebagai percepatan (oleh geophone di darat). Sinyal pantulan ini lalu diproses secara digital menjadi sebuah peta akustik bawah permukaan untuk kemudian dapat diinterpretasikan.

3.4. Evaluasi Kondusi Sumur (Well Evaluation)

Setelah lokasi siap dibor, dan yakin adanya kandungan minyak dan gas, maka tahap berikutnya adalah Well-Evaluation yaitu untuk mengevaluasi kondisi sumur dan formasi di dalam sumur dengan teknik Logging (pengambilan data) yang dilakukan saat pemoran atau sumur telah jadi.

3.5. Teori Dasar Pemboran Dengan Casing

Perkembangan teknologi pemboran di dunia telah membuat pembaharuan dalam segi operasi pemboran, salah satunya adalah pemboran dengan Casing. Pemboran dengan casing adalah penyempurnaan dan pengembangan dari Casing While Drilling. Faktor yang membawa operator untuk menggunakan teknologi ini adalah pengurangan waktu dalam kurva pemboran dan pengurangan biaya peralatan yang berdampak akan mengurangi biaya pemboran. Ada dua metode dasar atau sistem penggunaan dari pemboran dengan casing yaitu :

1. Dengan memasukkan retrievable bottom hole assembly ke dalam casing dan menggunakan motor untuk menggerakan pahat konvensional dan reamer, yang selanjutnya disebut dengan casing drilling.

2. Dengan sistem memutar casing dari permukaan dan menggunakan sistem penyambungan casing internal dan pahat yang dapat dibor kembali dengan peralatan BHA penyemenan di tempat, yang selanjutnya disebut dengan drilling with casing. Penggunaan kedua metode atau sistem ini tergantung dari kegunaan dan fungsi pemakaian di lapangan, karena pemboran dengan casing ditawarkan sebagai solusi bagi masalah-masalah yang mungkin terjadi pada saat pemboran.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pra Pemboran

Sebelum dilaksanakan pemboran seorang geologist mengamati, mencari dan mencatat semua petunjuk kemungkinan adanya migas di dalam bumi. Batuan di permukaan diamati serta diambil contohnya untuk diketahui asal pembentukan dan dari lapisan mana diambil.

Kemudian dibuat rekonstruksi yang mungkin terjadi jutaan tahun yang lalu. Seiring dengan perkembangan teknologi, kombinasi antara foto udara dan satelit dapat dijadikan data awal bagi geologist untuk melakukan observasi, selanjutnya membuat hipotesa kemungkinan adanya migas di bawah tanah. Namun masih perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui keberadaannya.

Selanjutnya tugas ahli geofisika untuk mempelajari sifat fisika batuan bawah tanah.

Berbagai macam metoda digunakan pada tahap ini, dan kumpulan data tersebut memperkaya pengetahuan geologist dalam pencarian migas.

Metoda-metoda tersebut antara lain : seismik, gravimetri dan magnetometri.

4.4.1. Survey Seismik

Sumber getaran permukaan memancarkan gelombang suara, se-bagian menembus batuan dan sebagian lagi dipantulkan menggunakan microphone yang sangat sensitif (geophone), ahli geofisika “mendengarkan” pantulan gelombang dan merekam waktu penjalaran gelombang.


Gambar 7

Survey Seismik

Keterangan gambar :

1. Gelombang dipancarkan oleh sumber getaran (truk / dinamit)

2. Pantulan gelombang diterima oleh geophone.

3. Data disimpan dalam komputer di truk.

Data lapangan kemudian diolah dengan komputer canggih. Ahli geofisika menginterpretasi data dan selanjutnya membuat peta, untuk memperkirakan bentuk dan posisi reservoir migas.

ata dapat diperoleh baik dalam dua dimensi atau tiga dimensi.


Keterangan Gambar :

1. Seismik 2 Dimensi

2. Peta Seismik 3 Dimensi

Gambar 8

Data 2 Dimensi dan 3 Dimensi

Pengambilan data seismik di laut lebih sederhana dan cepat, karena masalah permukaan relatif sedikit. Dengan demikian ahli geofisika dapat memperoleh data lepas pantai lebih banyak dan baik dari pada data seismik darat.


Keterangan Gambar :

1. Kapal Survey

2. Hydrophones

Kapal survey menuju tempat yang dicurigai adanya sumber minyak dengan menggunakan alat hydrophones yang memantulkan gelombang kejut (Shock-wave) diarahkan menuju target reservoir dan daerah sekitarnya. Oleh berbagai lapisan material dibawah tanah, gelombang kejut ini akan dipantulkan ke permukaan dan akan ditangkap oleh receivers sebgai pulsa tekanan (hydrophones)

Gambar 9

Seismik Laut

Semua hasil tadi kemudian dikumpulkan dan dipelajari bersama oleh para ahli dari banyak disiplin, misal geologi, geofisika, produksi, reservoir, dan bor, yang kemudian dihitung keekonomiannya. Bila dianggap ekonomis, maka dibuat berbagai skenario pengembangan reservoir dengan sebelumnya memastikan keberadaan migas.

Para ahli geologi, geofisika dan reservoir telah menyimpulkan bahwa ada “prospek” atau zona yang kemungkinan bisa menghasilkan migas.

Tapi untuk membuktikan kebenarannya, harus dilakukan pemboran.

4.2. Pelaksanaan Pemboran

Pemboran dapat dibedakan menjadi :

1. Pemboran Eksplorasi (gas / minyak)

2. Pemboran Eksploitasi (sumur gas, sumur minyak, sumur injeksi, deepening, infill.)

4.2.1. Pemboran Eksplorasi

Yaitu pemoran pembuktian adanya hidrokarbon dalam suatu jebakan yang dimungkinkan mengandung hidrokarbon.

Kegiatan pemboran sumur-sumur baik di darat (onshore)
maupun di lepas pantai (offshore) yang bertujuan untuk menemukan cadangan minyak dan gas bumi pada suatu lead/prospek, serta memberikan penilaian yang antara lain meliputi penetapan batas, produktivitas serta ciri cadangan yang telah ditemukan.

4.2.2. Pemboran Eksploitasi

Pemboran untuk mengembangan lapangan yang sudah pasti diketahui cadangan hidrokarbonnya dan potensi lapangan tersebut. Jika pemboran tersebut hanya memperdalam sumur yang sudah ada disebut sumur pemboran Deepening.Infill : Sumur sisipan diantara dua atau lebih sumur produksi dengan tujuan menambah titik serap yang belum terlambil dari sumur yang ada.

Lokasi terbaik meletakkan menara bor tergantung dari pengetahuan bawah tanah dan kondisi permukaan tanah, biasanya tegak/vertikal tepat di atas lapisan paling tebal.

Diameter sumur antara 50 – 15 cm. Kedalaman umumnya 2000 – 4000 m (2 - 4 km). Sumur terdalam yang pernah dibor di dunia adalah 10 km.




Gambar 10

Typical Drilling Rig Set Up

Keterangan gambar :

1. Biasanya ditentukan lokasi dimana hidrokarbon dapat ditemukan paling tebal.

Gambar 11

Menentukan Titik Bor

Campuran lumpur bor khusus disiapkan oleh Mud-Eng diinjeksikan ke dalam sumur melalui pipa bor berguna untuk mendinginkan mata bor dan mengkonsolidasikan dinding lubang bor, menahan migas dan air keluar dari lapisan batuan ke permukaan, serta membersihkan dasar sumur dari potongan batuan untuk diangkat ke permukaan.

Geologist kemudian menganalisa potongan batuan untuk mengetahui keberadaan migas.

Keterangan gambar :

1. Mud pit
2. Pump
3. Injection line
4. Injection head
5. Drilling pipes
6. Descending mud (in pipes)
7. Returning mud (in annular space)
8. Filter
9. Mud return for recycling



Gambar 12

Perlengkapan Rig Pemboran


Peralatan bor terdiri dari: menara, pipa bor, pemutar, dan mata bor. Jenis mata bor yang paling umum terdiri dari tiga kerucut besi yang sangat keras yang dapat menghancurkan batuan. Jenis lain adalah bor dengan mata intan (Gambar 13).

Keterangan gambar :

1. Three-cone rock bit

2. Diamond drill bit

Gambar 13

Bit / Mata Bor

Sebelum dimasukkan dalam lubang sumur, DP/DC diletakkan dulu ke dalam mouse hole, sehingga proses penggeseran ke lubang sumur menjadi semakin mudah.

Setelah pemboran mencapai kedalaman tertentu dan jumlah DP sudah banyak, maka jika ada cabut rangkaian bor DP dan DC akan disusun dalam suatu rak khusus dengan posisi standing.

Agar saat penyambungan rangkaian tidak jatuh ke dasar lubang sumur, maka di rem menggunakan pipe ram.

Setelah proses penyambungan selesai, maka rangkaian pipa bor akan diangkat menggunakan Elevator.

Urutan runing casing :

1. Casing diletakkan dan diatur di dalam rak casing dibagian bawah belakang lantai pemboran

2. Lakukan pengukuran panjang casing

3. Casing diangkat ke atas lantai bor untuk selanjutnya dimasukkan dan disambung dengan casing berikutnya.

Ada beberapa macam casing :

A. Casing Centralizer

Berfungsi untuk menahan casing agar terletak di tengah-tengah lubang sumur, sehingga casing tidak miring dan saat penyemenan casing akan tersemen dengan merata.

B. Casing Shoe

1. Disambungkan pada rangkaian casing paling bawah, untuk dudukan dan membantu saat penyemenan

2. Untuk mempertahankan dinding lubang sumur selain dipasang casing juga dilakukan penyemenan

Satu sumur bisa terdiri dari beberapa lapisan produktif.

Jika akan diproduksikan secara bersamaan maka metode penyelesaian-nya juga harus disesuai-kan, commingle atau multiple completion.

Pengambilan contoh batuan diperlukan bila pecahan batuan hasil bor dianggap tidak cukup memberikan data. Mata bor biasa digantikan dengan mata bor yang berlubang dibagian dalam, dikenal sebagai “coring tool”, dan akan menghasilkan beberapa meter contoh batuan berbentuk silinder. Pemelajaran contoh batuan ini dapat memberikan informasi genesa, kemiringan, struktur, permeabilitas, porositas, kandungan fluida, kehadiran fosil, dll.

Perforasi





Gambar 14

Proses Perforasi

Perforasi adalah proses pelubangan casing dan semen untuk sirkulasi semen

Perforator

Bahan peledak yang digunakan untuk membuat lubang di casing dan seman.

Cara meledakkan dengan gelombang radio yang di aktifkan dari permukaan.

Proses peledakan

Dengan daya ledak dan tekan yang tinggi, maka gun perforator akan menembus casing dan semen bahkan sampai ke batuan formasi

Aliran di lubang perforasi

Dengan telah terbukanya casing dan semen maka akan terjadi aliran dari formasi ke lubang sumur.

Gambar 15

Alat Perforasi, Proses Peledakan & Aliran di Lubang Perforasi

Ketika kedalaman yang diinginkan telah dicapai, tugas selanjutnya adalah melakukan serangkaian pengukuran, biasa dinamakan logging. Peralatan elektronik dimasukkan dalam lubang untuk mengukur sifat fisik batuan yang dilewatinya. Pengukuran langsung inilah yang akan membuktikan kebenaran adanya HC sebagaimana hipotesa yang dilakukan sebelum bor, dan biasanya memberikan data yang akurat.

Keterangan Well logging:

1. Well casing
2. Wireline
3. Alat Logging
4. Sensor pertama
5. Sensor kedua
6. Sensor ketiga
7. Hasil pengukuran

Bila reservoir migas memiliki tekanan yang cukup, uji alir dilakukan menggunakan berbagai ukuran jepitan. Migas dialirkan selama beberapa jam atau hari, sebelum diganti dengan ukuran yang lain.

Ukuran jepitan, waktu, tekanan, dan jumlah migas terkumpul kemudian diukur/dihitung untuk menentukan ukuran choke yang paling sesuai untuk sumur tersebut.

Jika reservoir tampak menjanjikan, pemboran eksplorasi dapat dilakukan lebih dari satu sumur dengan jarak yang cukup jauh, sehingga geometri reservoir dapat lebih diketahui dengan detail. Keputusan menghentikan pemboran lain diambil hanya jika semua pemboran penilaian ini telah memberikan informasi yang cukup untuk memutuskan apakah akan mengembangkan lapangan tersebut atau meninggalkannya.

Prinsip kerja pemboran lepas pantai sama dengan di darat. Kerangka penopang menara bor saja yang membedakan. Jack-up platforms digunakan sampai kedalaman 100 m jika kondisi laut dan dasar laut memungkinkan; "semi-submersible" anchored platforms digunakan sampai kedalaman beberapa ratus meter. Lebih dalam lagi digunakan kapal.

Pemboran berarah dilakukan bila:

- Lokasi bor tak dapat di masuki atau sangat padat penduduk.

- Untuk menghindari kubah garam.

- Bila ada gangguan/kecelakaan pemboran, misal blow out

- Di laut, untuk menghemat pergeseran platform.

Pemboran horizontal adalah kelanjutan dari teknik pemboran berarah, dan bertujuan mencapai zona produktif jauh dari menara bor.

Dengan menembus reservoir sepanjang lebih dari satu kilometer, akan meningkatkan produksi migas bila dibandingkan sumur vertikal.


Gambar 17

Pemboran Horizontal

Keterangan gambar :

1. Sumur Horizontal

2. Sumur Vertical

3. Pengurasan dari sumur horizontal sama dengan beberapa sumur vertikal

Tahap eksplorasi telah selesai, reservoir telah diidentifikasi termasuk prospek HC yang terkandung di dalamnya. Dengan perkiraan harga migas mendatang, tahap selanjutnya adalah menentukan bahwa migas yang kita temukan ekonomis untuk dikembangkan. Keputusan ini penting karena nilai investasi bisnis migas sangat besar.

erikut ini adalah proses pengeboran secara ringkas, dimana semua sarana dan prasarana telah siap dan diperhitungkan baik dari segi waktu, maupun penunjang lainnya.


Gambar 18

Skema pemboran sumur PMB-X

1. Urutan pengeboran sebagai berikut :

2. Pemboran sumur dilakukan dengan mengkombinasikan putaran dan tekanan pada mata bor. Pada pemboran konvensional, seluruh pipa bor diputar dari atas permukaan oleh alat “Turntable”.

3. Turntable diputar oleh mesin diesel baik secara elektrik ataupun transmisi mekanikal.

4. Dengan berputar, roda gerigi di mata bor akan menggali batuan, semakin banyak pipa bor yang dipakai dan disambung satu persatu.

5. Selama pemboran lumpur dipompakan dari pompa lumpur masuk melalui dalam pipa bor ke bawah menuju mata bor.

6. Nosel dimata bot akan menginjeksikan lumpur tadi keluar dengan kecepatan tinggi yang akan membantu menggali bebatuan.

Lumpur naik kembali ke permukaan lewat annulus (celah antara lubang sumur dan pipa bor membawa cuttin

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Keberhasilan penambangan minyak di PMB-X dengan produksi minyak ± 600 BBOPD (Milion Barel Oil Per Day / Ribu Barel Minyak Per Hari) dan gas 70 MMSCF (MMSCFD = Million Metric Standard Cubic Foot per Day (gas) / Juta Standar Metrik Kaki Kubik per Hari) Hal ini tak lepas dari perencanaan dan tahapan penunjang lainnya yang diterapkan dengan secara konsisten, mengacu pada visi dan misi, Innovasi dan harus mempunyai Team Work yang solid sehingga dapat mencapai target waktu dan produksi yang diinginkan.

5.2. Saran

Untuk menjadi Perusahaan yang World Class ada hal yang harus diperhatikan yaitu selalu bersyukur kepada Allah SWT dengan peningkatan kesejahteraan pegawai (SDM) dari lini yang terbawah (mitra kerja/out shourcing/stake holder) serta peduli/antisipasi terhadap kesenjangan sosial (Community Development) baik kepada masyarakat maupun keselamatan kerja dan kesehatan lingkungan sehingga program Pertamina Peduli juga dapat berjalan. Jika hal tersebut berjalan sesuai harapan bersama, maka secara otomatis semangat & motivasi kerja juga meningkat yang berdampak kenaikan produksi.


1 komentar:

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL. alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya sudah keluar, jadi teman2 jangan pernah putus asah kalau sudah waktunya tuhan pasti kasih jalan, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..

    BalasHapus